Demi Masa
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan
nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran serta
nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Dec 18, 2010

Wanita Pilihan Lelaki

Cinta adalah fitrah manusia. Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya.

Rasa cinta dapat menjadi anugerah jika caranya sesuai dengan bingkai nilai-nilai ilahiyah. Namun, perasaan cinta dapat membawa manusia ke jurang kenistaan apabila digemburkan demi kesenangan semata dan dikendalikan nafsu liar.

Islam sebagai syariat yang sempurna, memberi koridor bagi penyaluran fitrah ini. Apalagi cinta yang kuat adalah salah satu tenaga yang dapat menguatkan hubungan seorang lelaki dan wanita dalam mengharungi kehidupan rumah tangga. Karena itu, seorang lelaki yang soleh tidak lari daripada proses memilih wanita untuk dijadikan pendamping hidupnya.

Ada banyak faktor yang boleh menjadi sebab munculnya rasa cinta seorang lelaki kepada wanita untuk diperisterikan. Antaranya adalah seperti di bawah ini.

1. Karena akidahnya yang Sahih

Keluarga adalah salah satu benteng akidah. Sebagai benteng akidah, keluarga harus benar-benar kukuh dan tidak dapat ditembus. Jika rapuh, maka rosaklah segala-galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang dapat membantu seorang lelaki menjaga kekukuhan benteng rumah tangganya adalah isteri solehah yang berakidah sahih serta benar-benar faham akan peranan dan fungsinya sebagai madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.

Allah menekankan hal ini dalam firmanNya,

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita hamba yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya hamba yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)

2. Karena faham agama dan mengamalkannya

Ada banyak hal yang membuat seorang lelaki mencintai wanita. Ada yang karena kecantikannya semata. Ada juga karena status sosialnya. Tidak sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tetapi, kata Rasulullah yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang faqih dalam urusan agamanya. Itulah wanita dambaan lelaki soleh.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda,

“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita solehah), kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw. juga menegaskan,

“Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita yang solehah.” (Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).

Jadi, hanya lelaki yang tidak berakal yang tidak mencintai wanita solehah.

3. Dari keturunan yang baik

Rasulullah saw. sering menasihati lelaki yang soleh untuk memilih wanita yang solehah.

“Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya, “Apakah rumput hijau sampah itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Wanita yang baik tetapi tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan Ibnu ‘Adi)

Karena itu Rasulullah saw. memberi tuntunan kepada kaum lelaki yang beriman untuk selektif dalam mencari isteri. Bukan saja harus mencari wanita yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang mempunyai keturunan dan saudara-saudara yang baik kualitinya.

“Pilihlah yang terbaik untuk nutfah-nutfah kalian, dan nikahilah orang-orang yang sepadan (wanita-wanita) dan nikahilah (wanita-wanitamu) kepada mereka (lelaki yang sepadan),” kata Rasulullah. (Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim, dan Baihaqi).

“Carilah tempat-tempat yang cukup baik untuk benih kamu, karena seorang lelaki itu mungkin menyerupai bapa saudaranya,” begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dalam “kamar” yang solih, karena perangai orang tua (keturunan) itu menurun kepada anak.” (Ibnu ‘Adi)

Karena itu, Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihati anak-anaknya agar memilih benih yang baik dan menghindari keturunan yang jelek.

“Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena itu hendaklah seseorang melihat dulu tempat penanamannya. Keturunan yang jelek itu jarang sekali melahirkan (anak), maka pilihlah yang baik meskipun agak lama.”

4. Masih gadis

Siapapun tahu, gadis yang belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa dan bertutur, manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan perasaan dalam hatinya. Cinta dari seorang gadis lebih murni karena tidak pernah berkongsi dengan orang lain, kecuali suaminya.

Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan menikah dengan gadis.

“Hendaklah kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur katanya, lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan lebih mudah menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.

Tentang hal ini A’isyah pernah menanyakan langsung ke Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah lalu pada lembah itu ada pohon yang belum pernah digembalai, dan ada pula pohon yang sudah pernah digembalai; di manakah engkau akan menggembalakan untamu?” Nabi menjawab, “Pada yang belum pernah digembalai.” Lalu A’isyah berkata, “Itulah aku.”

Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yang kuat dan mengukuhkan pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu menikahi janda kadang lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini terjadi kepada seorang sahabat bernama Jabir.

Rasulullah saw. sepulang dari Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab, “Sudah, ya Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab, “Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling mesra bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah gugur di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena itu aku menikahi wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda, “Engkau benar, insya Allah.”

5. Sihat jasmani dan penyayang

Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata,

“Seorang lelaki datang menghadap Nabi saw. seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang baik dan cantik, namun ia tidak dapat melahirkan. Apa sebaiknya aku menikahinya?” Beliau menjawab, “Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap Nabi saw. untuk kedua kalinya, dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya. Kemudian ia pun datang untuk ketiga kalinya, lalu Nabi saw. bersabda, “Nikahilah wanita yang banyak anak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (Abu Dawud dan Nasa’i)

Karena itu, Rasulullah menegaskan,

“Nikahilah wanita-wanita yang subur dan penyayang. Karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan An-Nasa’i)

6. Berakhlak mulia

Abu Hasan Al-Mawardi dalam Kitab Nasihat Al-Muluk mengutip perkataan Umar bin Khattab tentang memilih isteri yang baik merupakan hak anak atas ayahnya,

“Hak seorang anak yang pertama sekali adalah mendapatkan seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya. Iaitu seorang wanita yang mempunyai kecantikan, mulia, beragama, menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia, mempunyai mental yang baik dan sempurna serta mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”

7. Lemah-lembut

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari A’isyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lembah lembut ini.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri mereka.”

8. Menyejukkan pandangan

Rasulullah saw. bersabda,

“Tidakkah mahu aku khabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Iaitu) wanita solehah adalah wanita yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan, jika diperintah dia mentaatinya, dan jika suaminya meninggalkannya ia menjaga diri dan harta suaminya.” (Abu daud dan An-Nasa’i)

“Sesungguhnya sebaik-baik wanitamu adalah yang beranak, besar cintanya, pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh terhadap suaminya, penghias bagi suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat kepada ucapan dan perintah suaminya dan bila berdua dengan suami dia pasrahkan dirinya kepada kehendak suaminya serta tidak berlaku seolah seperti lelaki terhadap suaminya,” begitu kata Rasulullah saw. lagi.

Maka tidak hairan jika Asma’ binti Kharijah mewasiatkan beberapa hal kepada putrinya yang hendak menikah.

“Engkau akan keluar dari kehidupan yang di dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat tidur, di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu menyayangimu. Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana langit. Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan menjadi penyangga bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budak perempuan, maka ia akan menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu menutupi diri darinya, akibatnya ia boleh melemparmu. Jangan pula kamu menjauhinya yang bisa mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekati kepadamu, maka kamu harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka hendaklah kamu menjauh darinya. Janganlah kamu menilainya kecuali dalam hal-hal yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu menyemak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan pandangan yang menyejukan.”

9. Realisti dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajipan

Salah satu sifat terpuji seorang wanita yang patut dicintai seorang lelaki shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan yang Allah tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima pemberian suami.

“Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar. Engkau senang bila memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.” Karena itu tak heran jika acapkali melepaskan suaminya di depan pintu untuk pergi mencari rezeki, mereka berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak sanggup menahan panasnya api jahanam.”

Kata Rasulullah,

“Istri yang paling berkat adalah yang paling sedikit biayanya.” (Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)

Tapi, “Para wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajipan menurut kemampuan dan kewajaran,” begitu firman Allah swt. di surah Al-Baqarah ayat 228. Pelayanan yang diberikan seorang isteri sebanding dengan jaminan dan nafkah yang diberikan suaminya. Ini perintah Allah kepada para suami, “Berilah tempat tinggal bagi perempuan-perempuan seperti yang kau tempati. Jangan kamu sakiti mereka dengan maksud menekan.” (At-Thalaq: 6)

10. Menolong suami dan mendorong keluarga untuk bertakwa

Isteri yang solehah adalah harta simpanan yang sesungguhnya yang dapat kita jadikan tabung di dunia dan akhirat.

Iman Tirmidzi meriwayatkan bahwa sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina yaknizuna… (orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah), kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian dari sahabat berkata, “Ayat ini turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami tahu ada harta yang lebih baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Yang lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan isteri solehah yang akan membantu seorang mukmin untuk memelihara keimanannya.”

11. Mengerti kelebihan dan kekurangan suaminya

Nailah binti Al-Farishah Al-Kalbiyah adalah seorang gadis muda yang dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar 80 tahun. Ketika itu Utsman bertanya,

“Adakah kamu suka dengan ketuaanku ini?”

“Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,” jawab Nailah.

“Tapi ketuaanku ini terlalu renta.”

Nailah menjawab, “Engkau telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw. dan itu lebih aku sukai dari segala-galanya.”

12. Pandai bersyukur kepada suami

Rasulullah saw. bersabda,

“Allah tidak akan melihat kepada seorang isteri yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia sangat memerlukannya” (An-Nasa’i).

13. Cerdas dan bijak dalam menyampaikan pendapat

Siapa yang tidak suka dengan wanita bijak seperti Ummu Salamah? Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan bercukur, lalu menyiapkan unta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi perjanjian yang sepertinya merugikan pihak kaum muslimin.

Rasulullah saw. menemui Ummu Salamah dan berkata,

“Orang Islam telah rosak, wahai Ummu Salamah. Aku memerintahkan mereka, tetapi mereka tidak mahu mengikuti.”

Dengan kecerdasan dalam menganalisis kejadian, Ummu Salamah mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di hadapan mereka Rasul merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah Rasul, temui mereka, sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak ragu bahwa mereka akan mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul kerjakan.”

Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar, bercukur, menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat meniru apa yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkat dari wanita cerdas lagi bijak dalam menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut mendapat cinta dari seorang lelaki yang Soleh.

Oct 9, 2010

Kisah Cinta















dulu kau berdiri
bersamaku
dan saling mengukir janji
bahwa kau kan selalu ada disini
susah senangku bersama kau tempuhi
ku hargai

kini kau dimana?
meninggalkan ku sendiri tak berdaya
pesanmu padaku janganlah bduka
jangan menangisimu bila kau tiada
ku mencuba..

air mata pun jatuh ke pipi
mengingkari janji yang ku beri
kisah cinta sahabat sejati
tak berakhir bila engkau pergi
sahabatku
kau kan kurindui
kerna kau takkan kembali

walau kau disana
namun doaku akan selalu bersama
maaf kernaku tak pernah tuk berkata
bahwa kaulah teman yang paling sempurna
yang ku ada..

Oct 8, 2010

Maher Zain ( Insha Allah )

Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Everytime you can make one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insya Allah you’ll find your way
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astraYou’re the only one that showed me
the way,
Showed me the way x2
Insha Allah x3
Insya Allah we’ll find the way

Sep 29, 2010

Sudikah awak jadi isteri kedua saya ???

"Awak sudi jadi isteri kedua saya?” tanya Fikri tegas dan yakin.

Tiba-tiba mata Fatimah merah, air mata mula bergelinang di kelopak bawah.

“Tak sangka awak sudah beristeri! Awak jahat! Sanggup mempermainkan hati saya. Awak ingat saya tiada maruah? Hah!” pekik Fatimah dengan suara tersekat-sekat.

Mata Fikri liar melihat kiri kanan, mungkin ada sesiapa yang memandang perlakuan dia dan Fatimah. Bukan takutkan pandangan manusia, tetapi lagak Fatimah langsung tidak selari dengan penampilannya.

“Saya ingat kita lama berkawan, awak masih bujang. Tapi rupa-rupanya…” Fatimah mula sebak.

“Tak. Maksud saya – ”

“Sudah! Jangan bermulut manis lagi. Cukup!” potong Fatimah dengan kasar.

“Awak nampak macam alim, tapi sanggup menipu saya. Dan awak sanggup melamar saya menjadi isteri kedua awak. Awak ingat saya ni siapa?” suara Fatimah semakin tinggi, setinggi egonya.

Fikri diam seribu bahasa. Dia sudah tahu `Fatimah’ di sebalik Fatimah yang dia kenal selama ini.

Fatimah bergegas dari situ sambil mengelap air mata dengan tudung labuhnya berwarna kuning. Dalam hatinya, Fikri seolah-olah menghinanya apabila memujuknya untuk bermadu.

Fikri muram. Namun masih terselit kekecewaan di sudut hatinya. Kekasih hatinya belum bersedia rupa-rupanya.

“Ada hikmah,” bisik hati kecil Fikri, sekecil pandangannya terhadap Fatimah.

Hujung minggu berjalan seperti biasa. Program-program dakwah menyibukkan jadual Fikri sebagai seorang muslim yang beramal dengan apa yang diyakininya. Duitnya banyak dihabiskan untuk memenuhi tuntutan dakwah yang seringkali memerlukan pengorbanan yang tidak berbelah bahagi. Namun, hatinya tegas dan yakin bahawa inilah jalannya. Jalan yang membawa dia menemui Tuhannya dengan hati yang tenang serta bahagia di hari kelak.

Keyakinan serta keaktifan Fikri berdakwah sedikit sebanyak memenangi hati gadis-gadis dalam jemaahnya. Malah, Fikri dilihat sebagai calon suami yang bakal memandu keluarganya nanti ke arah memperjuangkan agama yang dianutinya sejak sekian lama. Sudah terlalu ramai muslimah yang menaruh hati padanya, namun, Fatimah terlebih dahulu rapat dan memenangi hati Fikri. Bagi Fatimah, Fikri seperti pelengkap kepada dirinya. Namun, hanya sehingga saat Fikri melamarnya menjadi isteri kedua.

Fikri masih lagi aktif dalam dakwah meskipun hubungannya dengan Fatimah nampak seperti tiada jalan penyelesaian. Dia mahu berbaik dengan Fatimah, namun sikap Fatimah yang keras dan kurang memahami erti dakwah membantutkan usaha Fikri tersebut. Bagi Fatimah, Fikri tak ubah seperti lelaki lain.

Gerak kerja dakwah Fikri berjalan seperti biasa. Siangnya ke hulu ke hilir memenuhi program serta amal jariah kepada masyarakat. Malamnya sibuk dengan mesyuarat dengan sahabat-sahabat seangkatannya. Fikri semakin percaya jalan dakwahnya, sama sekali dia tidak akan berganjak dari jalan ini hatta datang ancaman sebesar gunung sekalipun. Dia terlalu matang, jauh sekali daripada pemikiran pendakwah lain yang
semudanya.

Namun, Allah s.w.t. Maha Mengetahui lagi Maha Pemurah. Sekali lagi Dia menghantar seorang perempuan bagi menguji Fikri, sama ada dia menjadi pemangkin atau perencat bagi dakwah Fikri.

Suatu petang dalam suatu program dakwah di sebuah madrasah, Fikri dikejutkan dengan luahan ikhlas dari sahabat lamanya, Nusaibah. Fikri sekali lagi gusar takut-takut Nusaibah tidak dapat menjadi sayap kiri perjuangannya selepas berumahtangga nanti. Isteri pertamanya sudah pasti membawa Fikri menemui Tuhannya, namun, Nusaibah yang kurang dikenalinya adakah sama seperti Fatimah atau tidak?

Fikri bercelaru, tetapi tidak bermakna lamaran Nusaibah ditolak. Dia meminta sedikit masa untuk memikirkan keputusan tersebut.

Setelah merisik pemikiran Nusaibah daripada beberapa sahabat terdekatnya, Fikri berjumpa dengan Nusaibah bertemankan sahabat baiknya. Dengan tegas dan yakin, sekali lagi Fikri mengulangi soalan yang pernah ditanya kepada Fatimah.

“Awak sudi jadi isteri kedua saya?” tanya Fikri tanpa segan silu.

“Sudi,” jawab Nusaibah ringkas.

“Er, betul ke ni?” tergagap Fikri menerima jawapan Nusaibah yang tenang dan yakin.

Nusaibah mengangguk kepalanya sedikit. Langsung tiada rasa takut mahupun kecewa apabila lamaran sebagai isteri kedua yang dilafazkan oleh Fikri.

“Kenapa saya?” tanya Fikri ingin tahu.

“Saya ingin membantu gerak kerja dakwah awak,” jawab Nusaibah yakin tetapi sedikit malu.

“Baiklah,” jawab Fikri tersenyum.

Akhirnya, Fikri dikurniakan sayap kiri yang sangat membantu dalam gerak kerja dakwahnya selama ini.

Setelah seminggu mendirikan rumahtangga bersama Nusaibah, Fikri terasa dakwahnya semakin laju. Jadualnya senang, pakaiannya dijaga, makannya disedia. Malah, Nusaibah sangat membantu gerak kerja Fikri semampu mungkin. Setiap kali turun ke lapangan untuk berdakwah, Fikri membawa Nusaibah untuk membantu kerja dakwah seadanya.

Kadang-kala letih menyinggah Nusaibah. Suaminya terlalu kerap keluar berdakwah, seperti mesin yang tiada hayat. Namun, inilah yang dia yakini sebelum berkahwin dengan Fikri. Membantu suami melancarkan gerak kerja dakwah. Nusaibah juga berjaga-jaga takut dirinya pula yang menjadi pembantut atau penghalang dakwah suaminya.

“Abang, saya nak tanya boleh?” sapa Nusaibah dalam kereta sewaktu dalam perjalanan ke sebuah program dakwah.

“Ye sayang?” jawab Fikri sambil memandu.

“Abang tak pernah pun bawa saya jumpa isteri pertama abang,” luah Nusaibah yang sangat teringin berjumpa dengan madunya.

“Dah sampai sana nanti, kita akan jumpa,” Fikri menoleh sedikit ke arah Nusaibah, sambil tersenyum.

“Yeke? Dia datang program tu rupanya,” jawab Nusaibah riang.

Hatinya berdebar ingin berjumpa madunya yang banyak membantu Fikri dalam gerak kerja dakwah. Di sudut kecil Nusaibah, dia merendah diri kerana usahanya membantu dakwah suaminya hanya sedikit berbanding dengan isteri pertama Fikri yang banyak membantu selama ini. Tidak hairanlah Fikri aktif dalam dakwah sebelum ini.

“Kita dah sampai,” Fikri membuka pintu keretanya sambil memegang beg berisi fail ditangannya.

Fikri berdiri, mengadap ke arah sebuah khemah di hadapan masjid, lalu menoleh ke arah Nusaibah yang berdiri di sebelah kiri kereta.

“Itu isteri pertama abang,” Fikri menuding jari ke arah khemah tersebut.

“Mana bang?” Nusaibah mengecilkan matanya, fokusnya mencari arah jari Fikri.

“Tak nampak pun,” Nusaibah meninggikan sedikit hadapan kakinya.

“Siapa nama isteri pertama abang?” Nusaibah sangat berdebar.

Fikri tersenyum lebar, memandang Nusaibah penuh tenang.

“Perjuangan,” jawab Fikri.

Sep 18, 2010

PAKAIAN WANITA




Tergerak hati ini untuk menulis blog seterusnya mengenai pakaian wanita yang diinginkan di dalam islam..
Baru-baru ini aku terfikir mengenai seorang lelaki yang juga merupakan sahabat aku, yang menceritakan mengenai aurat wanita ini..Apabila aku pulang dari sekolah dan selesai menunaikan solat zohor, aku terus menghadap komputer dan mencari sedikit maklumat mengenai pakaian wanita menurut islam..Aku terjumpa satu blog mengenai fiqh ini dan ingin menyebarkan kepada yang lain..jika ada tersalah kata atau tersalah bicara, mohon diperbetulkan..insha allah..

Apakah fungsi pakaian menurut Syari’at Islam?

Pakaian adalah nikmat Allah untuk melindungi badan manusia, menutup aurat mereka dan juga sebagai perhiasan bagi mereka. Fungsi-fungsi pakaian ini dijelaskan oleh Allah di dalam al-Quran;

“Dan Allah menjadikan bagi kamu pakaian-pakaian yang memelihara kamu dari panas dan sejuk, juga pakaian-pakaian yang memelihara kamu semasa berjuang” (an-Nahl, ayat 81).

يَابَنِي ءَادَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (al-A’raf:26).

Dalam ayat 26 dari surah al-A’raf di atas, ada tiga jenis pakaian yang disebut oleh Allah;
1. Pakaian untuk menutup aurat2. Pakaian untuk perhiasan
3. Pakaian takwa

Menurut ulamak; “اللباس” dalam ayat tersebut ialah pakaian untuk menutup aurat. Adapun “الريش” ialah apa yang diambil/dipakai supaya nampak cantik pada luarannya, iaitu untuk perhiasan. Yang pertama (iaitu “اللباس”) adalah keperluan asas, sementara yang kedua adalah sampingan. Adapun pakaian takwa, menurut Ikrimah; maksudnya ialah pakaian orang-orang bertakwa pada hari kiamat. Menurut Ibnu ‘Abbas pula; ia bermaksud amal soleh dan kelakuan yang baik. Menurut Ibnu Aslam; ia adalah pakaian yang dipakai oleh seorang yang takutkan Allah, lalu ia menutup auratnya.
Apakah syarat-syarat pakaian wanita?

1. Hendaklah menutup aurat
2. Tidak jarang atau nipis yang menampakkan kulit badan
3. Tidak ketat atau sendat hingga menampakkan bentuk tubuh
4. Tidak menyerupai pakaian lelaki
5. Tidak menyerupai pakaian orang kafir atau golongan fasiq6. Tidak berlebihan dan menzahirkan kesombongan
7. Bukan pakaian syuhrah
8. Tidak mempunyai hiasan atau corak yang menarik pandangan lelaki.


Apa dalil tidak harus memakai pakaian yang jarang atau sendat?

Dalilnya ialah sabda Nabi s.a.w.;

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيلاَتٌ، رُؤُسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَتُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Dua golongan dari ahli neraka yang aku belum melihat kedua-duanya iaitu; (1) Kaum yang membawa cambuk seperti ekor lembu untuk memukul manusia dengannya, dan (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi bertelanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencederungkan orang lain kepadanya. Kepala-kepala mereka umpama bonggol-bonggol unta yang senget. Mereka ini tidak akan dapat memasuki syurga dan tidak akan mencium baunya di mana bau syurga dapat dicium dari jarak perjalanan sekian sekian jauh”. (Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.)

Di dalam hadis di atas, Nabi s.a.w. menegaskan; salah satu golongan yang akan menjadi ahli neraka ialah wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yakni mereka berpakaian tetapi di sisi agama mereka sebenar tidak berpakaian. Ia merangkumi yang berikut;
1. Wanita-wanita yang memakai pakaian yang nipis yang masih menampakkan kulit atau bayangan tubuh mereka. Mereka berpakaian pada nama, namun telanjang pada hakikatnya.
2. Memakai pakaian yang menutup sebahagian aurat dan mendedahkan sebahagian lagi (yakni tidak menutupkan secara menyeluruh kawasan aurat yang wajib ditutup).
3. Memakai pakaian yang ketat atau sendat hingga menampak bentuk tubuh.


Apakah dalil dilarang pakaian wanita mempunyai corak yang menarik perhatian lelaki?

Kerana ia termasuk di dalam pengertian tabarruj yang dilarang oleh al-Quran iaitu firman Allah;

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“dan hendaklah kamu (wahai isteri-isteri Nabi) tetap di rumahmu dan janganlah kamu bertabarruj (yakni berhias dan bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu ….”. (al-Ahzab: 33)

Menurut ulamak; at-Tabarruj bermaksud seorang wanita mendedahkan perhiasannya atau kecantikannya yang mendorong syahwat lelaki. Pengertian tabarruj bukan hanya khusus kepada mendedahkan aurat sahaja, tetapi merangkumi semua perlakuan untuk menarik perhatian lelaki termasuk stail berpakaian, cara berjalan, cara bercakap, solekan dan sebagainya.



Apa makna jilbab?

Di dalam al-Quran Allah memerintahkan wanita-wanita beriman memakai jilbab sebagaimana firmanNya;
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (al-Ahzab: 59)

Menurut Imam Abu Bakar ibnu al-‘Arabi; para ulama’ berikhtilaf dalam mentafsirkan jilbab. Namun lafaz-lafaz yang mereka gunakan hampir memberi pengertian yang serupa di mana asasnya ialah pakaian yang menutup/melitupi badan. Dengan pengertian ini, maka ayat di atas merupakan arahan kepada sekelian wanita Islam supaya menutup badan mereka. Jika digabungkan ayat di atas dengan ayat dari surah an-Nur (iaitu ayat 31), maka had yang mesti ditutup ialah dari hujung rambut hinggalah ke tapak kaki kecuali muka dan dua tangan. Di sisi sebahagian fuqaha’, dikecualikan juga dua kaki. Pakaian yang dipakai untuk menutup badan itu hendaklah tidak jarang hingga menampakkan bayangan kulit dan juga tidak ketat hingga mendedahkan bentuk tubuh….



Adakah harus wanita memakai seluar?


Harus dengan syarat-syarat berikut;

1. Seluar itu dibuat khusus untuk wanita. Tidak harus ia memakai seluar lelaki kerana diharamkan wanita menyerupai lelaki.
2. Ia memakainya di bahagian dalam, yakni dilitupi oleh pakaian lain yang tidak menampakkan bentuk tubuhnya.
3. Jika tidak dilitupi dengan pakaian luar, tidak harus ia memakainya kecuali di hadapan suami atau mahramnya atau di hadapan wanita lain. Adapun di hadapan lelaki-lelaki ajnabi, tidak harus ia memakainya kerana pemakaian seluar sahaja (tanpa pakaian luar) menampakkan bentuk tubuh.

Digalakkan wanita memakai seluar di bahagian dalamnya (yakni di samping pakaian luar) kerana ia lebih menjaga aurat.










Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...